Profil Desa Somongari
Ketahui informasi secara rinci Desa Somongari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Somongari, Kaligesing. Desa wisata sejarah, tanah kelahiran Pahlawan Nasional W.R. Supratman. Menyelami tradisi budaya Bedholan yang unik serta potensi agrowisata Kambing Etawa dan durian di Perbukitan Menoreh.
-
Tanah Kelahiran W.R. Supratman
Desa Somongari memiliki nilai sejarah nasional yang tak ternilai sebagai tempat kelahiran Wage Rudolf Supratman, komponis lagu kebangsaan "Indonesia Raya".
-
Warisan Budaya Unik Tradisi Bedholan
Desa ini melestarikan "Bedholan," sebuah tradisi kirab budaya tahunan yang merekonstruksi sejarah berdirinya desa dan menjadi atraksi budaya yang khas.
-
Desa Wisata Sejarah dan Alam Terpadu
Somongari secara aktif mengembangkan potensinya sebagai desa wisata yang mengintegrasikan pesona sejarah, keunikan budaya, dan keindahan alam Perbukitan Menoreh.
Di lekuk Perbukitan Menoreh yang subur dan sejuk, Desa Somongari di Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, menyimpan sebuah magnitudo sejarah yang gaungnya melintasi batas-batas wilayah. Desa ini lebih dari sekadar pemukiman agraris; ia merupakan sebuah monumen hidup, tempat pertama kali sang maestro Wage Rudolf Supratman menghirup udara dunia. Diperkaya dengan tradisi "Bedholan" yang teatrikal dan unik, Somongari menjelma menjadi Desa Wisata Sejarah yang memanggil para peziarah kebangsaan dan pencinta budaya. Dengan denyut nadi yang berdetak seirama antara pelestarian warisan leluhur dan pengembangan potensi alam, Somongari menawarkan sebuah narasi otentik tentang bagaimana sejarah dan budaya dapat menjadi fondasi kokoh bagi pembangunan masa depan.
Kondisi Geografis dan Demografi
Desa Somongari terletak di ketinggian khas Kecamatan Kaligesing, menjadikannya wilayah dengan hawa sejuk dan pemandangan alam yang menawan. Kontur tanahnya bergelombang, terdiri dari perbukitan, lereng curam dan lembah-lembah subur yang dialiri oleh mata air alami. Kondisi geografis ini sangat mendukung sektor pertanian dan perkebunan, yang menjadi salah satu pilar utama mata pencaharian warganya.Berdasarkan data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS), Desa Somongari memiliki luas wilayah sekitar 7,53 km². Wilayahnya yang luas ini berbatasan dengan beberapa desa tetangga, yang turut membentuk ekosistem sosial dan ekonomi yang saling berhubungan. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Desa Tlogoguwo; di sisi timur berbatasan dengan Desa Pandanrejo; di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Donorejo.Dari sisi demografi, populasi Desa Somongari tercatat sebanyak kurang lebih 3.500 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, tingkat kepadatan penduduknya ialah sekitar 465 jiwa per km². Angka ini mencerminkan pola pemukiman yang tidak terlalu padat, di mana lahan untuk pertanian dan perkebunan masih sangat dominan. Komposisi penduduknya homogen dengan mayoritas berprofesi sebagai petani, peternak, dan sebagian lainnya mulai aktif terlibat dalam sektor pariwisata sebagai pemandu lokal, pengelola homestay, dan pelaku UMKM.
Gema Sejarah: Tanah Kelahiran Sang Maestro, W.R. Supratman
Keistimewaan utama yang membedakan Somongari dari ribuan desa lain di Indonesia ialah statusnya sebagai tanah kelahiran Pahlawan Nasional Wage Rudolf Supratman. Tepatnya di Dusun Trembelang, pada tanggal 19 Maret 1903, komponis lagu kebangsaan "Indonesia Raya" ini dilahirkan. Fakta sejarah ini menjadikan Somongari sebagai titik penting dalam peta sejarah perjuangan bangsa Indonesia.Untuk menghormati dan mengabadikan warisan besar ini, di desa ini telah didirikan sebuah monumen atau situs memorial W.R. Supratman. Lokasi ini bukan hanya menjadi penanda fisik, tetapi juga sebuah ruang edukasi dan refleksi bagi generasi penerus. Setiap tahunnya, terutama menjelang perayaan Hari Kemerdekaan atau hari-hari besar nasional lainnya, situs ini ramai dikunjungi oleh pelajar, sejarawan, dan masyarakat umum dari berbagai penjuru negeri. Kunjungan ini merupakan sebuah ziarah kebangsaan untuk menapaki jejak awal sang maestro dan meresapi semangat patriotisme yang ia wariskan melalui karya-karyanya. Pemerintah desa dan komunitas lokal secara aktif merawat situs ini, menyadari betul bahwa mereka ialah penjaga dari salah satu memori kolektif terpenting milik bangsa.
Bedholan Somongari: Merawat Ingatan Kolektif Melalui Tradisi
Selain warisan W.R. Supratman, Somongari juga memiliki kekayaan budaya tak benda yang luar biasa, yaitu tradisi "Bedholan". Tradisi ini merupakan sebuah kirab budaya atau prosesi teatrikal kolosal yang diadakan setiap tahun sebagai bagian dari rangkaian upacara "Merti Desa" (bersih desa). Kata "Bedholan" sendiri berasal dari kata bedhol yang berarti mencabut atau pindah.Prosesi ini ialah sebuah rekonstruksi sejarah berdirinya Desa Somongari, yang mengisahkan perjuangan para leluhur atau cikal bakal desa saat berpindah (bedhol) dari tempat asal mereka untuk membuka lahan dan mendirikan pemukiman baru di wilayah Somongari. Ratusan warga desa terlibat dalam kirab ini, mengenakan kostum-kostum tradisional dan membawa aneka replika pusaka, hasil bumi, serta perlengkapan rumah tangga zaman dahulu. Tradisi Bedholan bukan sekadar tontonan, melainkan sebuah cara masyarakat untuk merawat ingatan kolektif, menghormati jasa para pendiri desa, dan memperkuat rasa persatuan dan identitas sebagai warga Somongari. Acara ini telah menjadi atraksi budaya unggulan yang berhasil menarik perhatian wisatawan dan media.
Pemerintahan dan Visi Desa Wisata Sejarah
Menyadari potensi besar yang dimilikinya, Pemerintah Desa Somongari secara sadar dan terencana mengarahkan pembangunan desa menuju "Desa Wisata Sejarah dan Budaya". Visi ini menjadi landasan bagi setiap kebijakan dan program pembangunan yang dijalankan. Status sebagai Desa Wisata tidak hanya menjadi label, tetapi juga sebuah komitmen untuk mengembangkan seluruh aspek pendukung pariwisata secara profesional dan berkelanjutan.Pemerintah desa, bekerja sama dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan masyarakat, secara aktif membangun ekosistem pariwisata. "Kami ingin menjadikan sejarah dan budaya sebagai motor penggerak ekonomi masyarakat. Setiap wisatawan yang datang ke Somongari tidak hanya melihat monumen, tetapi merasakan langsung atmosfer sejarah, terlibat dalam budaya kami, dan menikmati keindahan alamnya," ujar seorang tokoh masyarakat setempat. Upaya ini diwujudkan melalui penataan kawasan situs W.R. Supratman, pengembangan paket-paket wisata edukasi, penyediaan homestay di rumah-rumah penduduk, serta pelatihan bagi para pemandu wisata lokal.
Potensi Ekonomi di Luar Catatan Sejarah
Di luar kekayaan sejarah dan budayanya, Desa Somongari diberkahi dengan potensi agraris yang melimpah. Lahan subur di perbukitan Menoreh menjadi rumah bagi komoditas-komoditas unggulan yang turut menopang perekonomian warga dan memperkaya pengalaman agrowisata.Sektor perkebunan menjadi andalan, dengan durian dan manggis varietas Kaligesing sebagai komoditas primadona. Saat musim panen tiba, desa ini menjadi salah satu destinasi bagi para pencari buah berkualitas. Selain itu, komoditas lain seperti kopi, cengkeh, dan gula aren juga banyak dibudidayakan oleh warga. Sektor peternakan juga tidak kalah penting, terutama peternakan Kambing Peranakan Etawa ras Kaligesing. Banyak peternak di desa ini yang membudidayakan kambing unggul tersebut, baik untuk produksi susu maupun pembibitan, menambah daya tarik agrowisata bagi pengunjung.Geliat UMKM dan ekonomi kreatif juga mulai tumbuh untuk mendukung sektor pariwisata. Warga mulai memproduksi aneka oleh-oleh khas, seperti olahan susu kambing, makanan ringan berbahan dasar hasil kebun, dan kerajinan tangan. Kuliner lokal seperti sate kambing etawa dan hidangan pedesaan lainnya menjadi sajian wajib bagi wisatawan yang berkunjung.
Tantangan dan Prospek Masa Depan
Pengembangan Desa Somongari sebagai destinasi wisata sejarah menghadapi sejumlah tantangan. Peningkatan aksesibilitas dan kualitas infrastruktur jalan menuju beberapa dusun masih menjadi prioritas. Selain itu, diperlukan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang pelayanan pariwisata agar standar yang ditawarkan semakin baik. Tantangan lainnya ialah menjaga otentisitas budaya agar tidak tergerus oleh komersialisasi pariwisata yang berlebihan.Namun prospek masa depan Desa Somongari sangatlah cerah. Statusnya sebagai tempat kelahiran W.R. Supratman merupakan modal sosial yang tidak dimiliki desa lain dan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata pendidikan nasional. Tradisi Bedholan yang unik memiliki daya tarik kuat untuk menjadi event budaya berskala lebih besar. Dengan pengelolaan yang baik, Somongari berpotensi besar untuk menjadi contoh sukses sebuah desa yang mampu mengubah warisan sejarah dan budaya menjadi sumber kesejahteraan yang berkelanjutan bagi masyarakatnya, tanpa harus meninggalkan akar dan identitasnya.Sebagai penutup, Desa Somongari adalah bukti bahwa masa lalu tidak harus menjadi sesuatu yang usang. Di desa ini, sejarah dirayakan, budaya dihidupkan, dan alam dirawat sebagai satu kesatuan utuh yang memberikan kehidupan dan harapan. Kunjungan ke Somongari bukan sekadar perjalanan wisata, melainkan sebuah perjalanan untuk menyusuri kembali jejak kebangsaan dan kearifan lokal yang menginspirasi.